Warga Kelurahan Ponjalae, Kecamatan Wara Timur, menilai terpilihnya Naili Trisal sebagai Wali Kota Palopo di PSU 2025 sebagai kejutan politik memicu harapan sekaligus kehati-hatian.
Maulana Irfani (30) mengungkapkan banyak warga terkejut karena sebelumnya tidak mengenal sosok Naili Trisal.
Namun, ia menyebut kemenangan Naili Trisal adalah gambaran kuatnya keinginan masyarakat akan perubahan.
“Banyak yang tidak mengenal dia sebelum Pilkada. Tapi mungkin justru karena baru, warga berharap ada hal baru yang bisa dibawa ke kota ini,” kata Maulana, Senin (5/8/2025) via WhatsApp.
Nama Naili Trisal memang baru mencuat menjelang masa kampanye.
Minimnya rekam jejak politik membuat sebagian warga bertanya-tanya tentang latar belakang dan kekuatan politik di belakangnya.
“Waktu kampanye PSU baru muncul. Sebelumnya, hampir tak terdengar,” ujarnya.
Maulana menekankan pentingnya pengalaman politik atau organisasi dalam memimpin pemerintahan.
Ia menyebut pengalaman itu membantu memahami sistem birokrasi dan penyusunan kebijakan publik.
“Kalau tidak punya pengalaman, minimal cepat belajar dan rekrut tim yang paham. Itu bisa jadi modal juga,” katanya.
Meski awalnya ragu, Maulana menilai kepercayaan publik bisa tumbuh jika Naili Trisal mampu menunjukkan hasil kerja nyata.
Respons awal warga akan ditentukan langkah-langkah konkret diambil di 100 hari pertama masa jabatan.
“Kalau bisa terbuka dan turun langsung dengar aspirasi, warga akan mulai percaya,” ucapnya.
Terkait independensi Naili, Maulana menganggap wajar bila ada anggapan ia hanya simbol dari kekuatan politik lain.
Namun ia yakin masyarakat bisa menilai dari cara dan arah kebijakan yang diambil.
“Kalau ternyata hanya jadi perpanjangan tangan, masyarakat akan kecewa. Tapi kita beri kesempatan dulu,” tegasnya
Ia juga berharap Naili memprioritaskan pelayanan publik dan penciptaan lapangan kerja.
Menurutnya, banyak anak muda menganggur, dan birokrasi masih lambat serta kurang responsif.
“Infrastruktur, drainase, dan sampah juga jadi masalah sehari-hari. Harus ada perhatian serius di situ,” jelasnya.
Sebagai pemimpin perempuan pertama di Palopo, Naili diharapkan membawa pendekatan yang lebih empatik dan terbuka.
Maulana percaya gaya kepemimpinan perempuan bisa memberi nuansa baru di birokrasi.
“Kalau bisa bawa pendekatan yang lebih peduli dan adil, itu bisa jadi kekuatan tersendiri,” tutupnya.
Sosiolog Universitas Negeri Makassar (UNM), Idham Irwansyah, menyebut kemenangan Naili sebagai sinyal pergeseran cara pandang masyarakat terhadap kepemimpinan.
“Ini menunjukkan publik mulai menghargai kapasitas personal di luar jaringan politik tradisional,” katanya via WhatsApp, Senin (4/8/2025) malam.
Namun, Idham juga mengingatkan risiko resistensi dari birokrasi dan elite politik lokal.
“Tanpa jejaring kuat, birokrasi bisa melihatnya sebagai ancaman. Naili harus membangun legitimasi politik dan dukungan masyarakat,” katanya.
Menurutnya, keberhasilan pemerintahan ini akan bergantung pada transparansi dan partisipasi.
“Kalau hanya jadi simbol tanpa kuasa riil, maka ini hanya pencitraan,” tegasnya.
Prof Muhammad Firdaus, pengamat politik UIN Alauddin Makassar, mengingatkan pentingnya peran aktif partai pengusung pasca-Pilkada.
“Tanggung jawab partai tidak berhenti di TPS. Mereka harus ikut mengawal janji politik,” katanya via WhatsApp, Senin (4/8/2025) malam.
Menurut Firdaus, ekspektasi terhadap pasangan Naili–Ome sangat tinggi.
“Jika partai melepas tangan setelah menang, maka pemerintahan akan sulit menunaikan janji-janji politiknya,” jelasnya.
Sekretaris BPW KKLR Sulsel, Asri Tadda, menyerukan kolaborasi semua elemen setelah Pilkada usai.
“Pilihan boleh beda, tapi Palopo tetap rumah besar kita. Saatnya bersatu kembali membangun kota,” ucapnya.
Ia menilai Naili–Ome harus menjadi pemimpin bagi seluruh masyarakat.
“Mereka harus memulihkan kepercayaan publik, membuka ruang dialog, dan menerima kritik secara sehat,” ujarnya.
Asri mengajak semua elemen, dari birokrat hingga masyarakat akar rumput, aktif berkontribusi.
“Palopo tidak bisa maju hanya dengan segelintir orang. Ini tanggung jawab kolektif,” tutupnya.
Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palopo dari Masa ke Masa
1. Andi Baso Amier
Jabatan: Penjabat (Pj) Wali Kota Palopo
Masa Jabatan: 2002–2003
(Pj Wali Kota pertama setelah Palopo resmi menjadi kota otonom hasil pemekaran dari Kabupaten Luwu.)
2. A. H. Muchtar Daeng Laupe – Baharman Supri
Jabatan: Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palopo
Masa Jabatan: 2003–2008
(Pasangan definitif pertama hasil pemilihan langsung.)
3. A. H. Muchtar Daeng Laupe – Baharman Supri
Jabatan: Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palopo
Masa Jabatan: 2008–2013
4. HM Judas Amir – Rahmat Masri Bandaso (RMB)
Jabatan: Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palopo
Masa Jabatan: 2013–2018
5. HM Judas Amir – Rahmat Masri Bandaso (RMB)
Jabatan: Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palopo
Masa Jabatan: 2018–2023
6. Firmanza DP
Jabatan: Penjabat (Pj) Wali Kota Palopo
Masa Jabatan: 2023–2025 (Ditunjuk pemerintah pusat setelah masa jabatan Judas Amir–RMB berakhir.)
7. Naili Trisal – Akhmad Syarifuddin (Ome)
Jabatan: Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palopo
Masa Jabatan: 2025–2030
(Terpilih lewat PSU Pilkada 2025. Naili Trisal menjadi perempuan pertama yang menjabat Wali Kota Palopo.)